Rabu, 19 Februari 2014

MOTOR - MOTORKU DARI MASA KE MASA





 Menjadi biker yang sesungguhnya dimulai saat aku kelas 3 SMA. Maksudnya “biker sesungguhnya” adalah bahwa aku benar-benar naik motor dalam kegiatan sehari-hari. Aku sendiri sudah bisa naik motor sejak kelas 5 SD. Belajarnya ngumpet-ngumpet, maklum, takut dimarahi ayahku yang over protective.

Motor pertamaku ini adalah lungsuran dari Ayah. Coba tebak motornya apa? Yamaha? Salah, saudara-saudara! Motornya adalah Honda Astrea Star 1986. Dulu cuma bisa pakai, kurang bisa merawat. Entah berapa kali telat men-servis motor. Tapi boleh dibilang motor ini awet ketika aku pakai. Maklum, aku kan bukan tipe ugal-ugalan bin kebut-kebutan, jadi mesin bisa lebih awet.

Honda Supra X


Motor kedua adalah Honda Supra X yang memiliki kapasitas mesin 100 cc. masih dari lungsuran Ayahku dalam rangka mendukung kegiatan kuliahku. Tapi Honda Supra X ini bukan sembarang Supra X. Saat dipinjamkan, motor ini telah dibekali velg racing dan ban besar. Walau pun tampilannya jadul tapi tampak kekar dibanding Supra yang lain.
Geregetan melihat tampangnya yang culun membuat otakku melayang-layang sehingga aku memutuskan untuk membawa motor ini ke rumah modifikasi.. Setelah lama mencari sisik melik tentang rumah modifikasi, akhirnya kutemukan satu dan asyiknya tempat itu memang spesialis modifikasi motor Honda.
Kurang lebih modifikasi memakan waktu 3 bulan. Cukup lama? Maklum pasiennya cukup banyak, sedangkan aku sendiri kurang telaten nongkrongin rumah modifikasi. Apa yang terjadi kemudian? Rupanya bentuknya oke bin mak nyos. Untuk ukuran tahun 2000an motor ini bisa dibilang oke. Ternyata klakson juga diganti punya mobil. Jadi kuenceng suaranya. Dijamin kaget karena suaranya.
Dengan bangga aku memakai motor ini. Tapi saat parkir ada saja yang sirik, misalnya body jadi baret. Paling parah saat salah satu spionnya pecah. Tapi yang menjengkelkan adalah sering hilangnya helmku di kampus. Dari yang helm jelek sampai helm full face. Kalau tidak salah aku sudah kehilangan 5 helm di parkiran kampus. Eh… kok jadi ngelantur ke helm sih?
Motor ini juga setia mengantarkan aku kemana aja baik dalam maupun luar kota. Sekali isi bensin full sudah bisa digunakan untuk beberapa hari. Malahan bisa seminggu.

Saat sudah bekerja

Coba tebak kali ini motornya apa? Honda? Suzuki? Kawasaki? Salah, saudara-saudara! Yang benar adalah: Yamaha Jupiter Z.

Beruntung aku membelinya dari temanku. Sejatinya motor ini adalah motor ayahnya Wahyu. Kebetulan ayahnya bekerja di Dealer motor Yamaha. Jupe ini sangat terawat dengan baik lahir mau pun batinnya. Eh, maksudnya sangat terawat baik body mau pun mesinnya. Body-nya mulus-lus. Mesinnya juga capcay, eh… okay.
Motor Yamaha Jupe ini cukup berjasa bagiku dalam membentuk mahligai masa depan. Motor ini selalu setia setiap saat mengantarkanku kemana saja, termasuk jalan-jalan sama pacar. Jarang rusak. Paling sering sih di ban bocor. Entah berapa kali harus tersiksa menuntun motor mencari tukang tambal ban. Gara-gara tukang tambal ban yang suka menabur paku sih. Ganti komplit ban dalam-luar pun cuma bertahan sebulan. Habis itu nambal lagi. Paku lagi.

Kurang lebih 3 tahun Jupe menemaniku sampai akhirnya aku memutuskan membeli motor baru. Kali ini tebakannya harus benar. Coba tebak, kali ini motornya apa? Vespa? Eh, kok jawabnya enggak banget deh. Yang benar adalah: HONDA VERZA 150. Cukup bangga karena saat membelinya, yaitu bulan Februari 2014, motor ini masih merupakan produk baru Honda. Masih anget, fresh from the oven (** halah **).


Tadinya sempat mau beli Suzuki Satria FU150 atau Yamaha Vxion, tetapi dengan berbagai pertimbangan, akhirnya aku memutuskan membeli Honda Verza 150. Pilihanku tidak salah. Dan sampai sekarang belum ada masalah mesin. Paling rantai yg berisik saja. Yang unik adalah karena tidak pernah bocor ban karena paku. Padahal selama pakai Jupe pasti ada saja pengalaman ban bocor. Tapi semoga tidak pernah terjadi masalah ban di Verza-ku ini.

Kesimpulan
Nah itulah sekilas pengalamanku bersama motor-motorku. Jangan salah sangka mengira kalau aku fanatikan Honda karena sebenarnya aku sudah mencoba beberapa merek, yaitu: Honda, Jupe (Yamaha). Sayang aku belum pernah pakai motor Suzuki. Belum pernah pula pakai motor 2-tak. Dari dulu tidak selera dengan motor 2-tak.

Jadi biker di jalanan Surabaya adalah pilihan yang terbaik untukku, paling tidak untuk saat ini. Biaya yang dikeluarkan cukup ekonomis, terutama untuk pembelian bahan bakar. Dalam sebulan untuk pemakaian seboros-borosnya tidak sampai 200 ribu. Untuk pemakaianku sendiri rata-rata habis 100 ribu per bulan. Maklum, aku jarang keluyuran. Kalau pun bepergian untuk urusan kantor selalu pakai mobil kantor. Hihihi…

Biaya operasional yang lain juga murah, misalnya biaya parkir. Selain itu naik motor sangat praktis. Mau cari parkir juga gampang. Mau belok atau balik arah karena salah jalan juga gampang. Mau berhenti sembarangan di pinggir jalan juga tidak dilarang, itu dilakukan karena terpaksa dan keadaan darurat ya bro/ sis…... Coba kalau naik mobil, bisa-bisa diomelin orang se-Surabaya karena bikin macet.
Sebenarnya ingin beli mobil juga sih, tapi mengingat kepraktisan motor dan ketidakpraktisan mobil, untuk saat ini aku bahagia menggunakan motor.

0 komentar:

Posting Komentar